Dahlan Iskan. Beliau adalah idola saya. Salah
satu orang besar di negeri ini yang memulai karir dari bawah. Dulu keluarganya
miskin. Kini dia termasuk orang kaya. Berbagai jabatan penting telah
diembannya. Gaya
bicara yang lugas dan pola hidup sederhana membuat orang menaruh simpati. Bahkan hubungan
dengan bawahan maupun masyarakat umum seperti tidak ada “border”. Tak heran
jika banyak orang yang menghormati beliau karena kerendahan hatinya. Orang sukses seperti Pak Dahlan Iskan memang langka.
Saya penasaran dengan rahasia kesuksesan Dahlan Iskan. Apa yang membedakan
Pak Dahlan Iskan dengan orang kebanyakan? Jawaban tersebut saya peroleh dari
ayah saya.
Jadi begini ceritanya. Pada waktu pulang kampung beberapa minggu yang lalu,
saya sempatkan ngobrol dengan ayah saya. Beliau menceritakan pengalamannya bertemu dengan Dahlan Iskan ketika menjadi wartawan
Jawa Pos dulu.
Pengalaman pertama beliau bertemu dengan Dahlan Iskan saat mengikuti rapat
yang dipimpin oleh Dahlan Iskan. Setelah rapat berakhir, ayah saya membeli nasi
bungkus. Nasi bungkus tersebut dibawa dan dimakan di ruang rapat karena sudah
tidak ada orang. Tiba-tiba Dahlan Iskan menghampiri ayah saya dan langsung ikut
makan nasi bungkus dengan ayah saya. Setelah makanan habis, Dahlan Iskan
langsung menyodorkan uang sebagai pengganti makanan.
Pengalaman kedua ketika ayah saya mau tidur di mushala. Waktu itu hanya ada satu bantal. Bantal tersebut sangat kotor. Terdapat
bekas air liur di sana sini. Ayah saya mau menggunakan bantal tersebut sebagai
alas tidur pikir-pikir. Beliau tidak bisa tidur. Tiba-tiba Dahlan Iskan datang.
Tanpa banyak pikir, Dahlan Iskan langsung menggunakan bantal tersebut sebagai
alas tidurnya.
Dari situ ayah saya mengambil kesimpulan bahwa orang besar tidak mau
memikirkan hal-hal remeh. Mereka memfokuskan pikiran kepada hal-hal besar.
Rasa penasaran saya terjawab sudah. Rasanya wajar kalau Pak Dahlan Iskan
menjadi salah satu orang besar di negeri ini.
Malang, 22 Juli 2012